Haaaaak… Akhirnya kesampean juga ambisi
muluk sejak berbulan-bulan lalu untuk ngurusin blog ini. Momentnya juga pas banget,
mumpung lagi libur (yang FYI, gak terlalu) panjang. Susah juga ya, ternyata
membangun niat untuk bener-bener konsisten menulis, bahkan menggerakkan jari
untuk menghidupkan laptop pun sampe butuh waktu berhari-hari. Aah...aku
merindukan sosok seorang Diah Ayu Rachmawati yang konsisten, bahkan saking
konsistennya aku bisa menulis apa saja di buku harian, di jam yang sama dengan
kejadian yang aku tuliskan, wartawan Breaking News kalah deh... ^^
Well..., kebangkitan niatku kali ini
untuk menulis juga bukan karena otak sedang kebanjiran ide-ide brilian, ada
bahan tulisan lucu yang ingin disusun, ato apapun...! I just sat on my favorite spot in front of my house, starring at the
cloudy sky, enjoying the rain that drops one by one. Tak lupa kutenteng
tablet 7 inci kesayanganku, dan trriiiiiing…..semua mengalir seperti air!
Saat ini kebetulan aku sedang
melihat-lihat baju di beberapa online shop, biasalah cewek...
Lemari udah mulai nggak muat pun masih
aja bernafsu hunting sesuatu yang
lucu disana-sini. Dari banyak baju yang menarik perhatianku, sedikit demi
sedikit aku berpikir, mengingat, lalu berpikir lagi..ternyata sebagian besar
baju-baju itu pink, atau paling tidak..ada unsure warna pink pada baju-baju
itu! Aku kembali mengingat-ingat koleksi baju-bajuku di lemari, selain berwarna
netral macam hitam, putih, atau coklat, ada beberapa juga yang berwarna biru
atau ungu (yang ini jelas hasil kerjaan Mama deh, karena beliau penyuka biru,
ngebeliin anaknya baju pun jadi kebawa-bawa!), dan sebagian lainnya...sebagian
besar, berwarna PINK!! Keningku mulai berkerut, di otakku kini terbayang berbagai
perlengkapan yang aku bawa ke kampus: ransel, kotak pensil seisinya, dompet,
buku catatan, map, kertas ...semua tanpa terkecuali, PINK! lalu aku terbayang
benda-benda di kamar kost, rak buku, rak piring, seprei kasur, selimut, tempat
make up...PINK!
Separah apakah sebenarnya dunia“pinky-pinky” seorang Ayu? Well, Dulu
pernah salah seorang teman dekat melewati kamarku, dan mengira aku tidak ada di
kamar hanya karena aku memakai piama pink dan sedang tidur berselimut warna
senada, dia bilang," Kamu ini orang apa bunglon?? Masuk kamar ini kayak
ngeliat kamu berkamuflase!"
Ahahaha...
Lambat laun ingatanku pun flashback ke masa kecil, masa ketika
usiaku sekitar 5 tahun hingga 10 tahun, saat itu aku terobsesi dengan warna
oranye. Seluruh barang yang aku punya, entah itu baju main, baju bepergian,
gaun ala putri-putrian, bando, jepit rambut, mainan, sandal,sepatu, tempat
bekal makanan, tempat minum, tas
sekolah, semuanya oranye...! trus, kenapa sekarang bisa jadi seorang
Pink-Addict gitu? Sejak kapan? Well, itu beda cerita lagi, bisa panjang dong
kalo dijabarin, ehehehe…
Oh My God…
Haaaah...sebelum tulisan ini dianggap
tulisan ngawur, mungkin detik ini juga aku harus menyimpulkan, buat apa aku
menceritakan obsesi-berlebihan-terhadap-warna di atas, dan setelah beberapa
menit berpikir dan berpikir, akhirnya semua berujung pada satu
kata...KONSISTEN!
Lalu apa sih arti dari kata konsisten
itu sendiri?
Ada yang mengatakan kalau Konsisten
adalah melakukan suatu kegiatan secara terus menerus dengan tekun dan benar
tanpa keluar dari jalur atau batasan-batasan yang telah di tentukan maupun
sesuai dengan ucapan yang telah dilontarkan. Ada juga yang menyatakan bahwa
konsisten adalah salah satu sikap dari manusia untuk memegang teguh suatu
prinsip atau pendirian dari segala hal yang telah ditentukan. Aku adalah
penyuka warna pink, that’s why all my
stuffs are 100% pink! Ya..ya..ya...mungkin berlebihan jika kata konsisten
ini aku sandingkan dalam hal pemilihan warna favorit.
Aku juga punya definisi sendiri tentang
arti kata KONSISTEN.
“ KONSISTEN adalah kecenderungan untuk selalu
memilih/melakukan suatu hal yang dirasa sesuai dengan apa yang sudah menjadi
prinsip. Seperti sebuah kereta api jurusan Malang-Jember, setiap hari akan
melewati rel yang sama, nggak mungkin melenceng atau berpindah jalur. Seperti juga
seorang vegetarian, yang berkomitmen pada dirinya sendiri untuk tidak memakan
daging, maka dia juga akan menjaga konsistensinya dengan hanya memperoleh
nutrisi dari tumbuh-tumbuhan. Well..seperti itulah gambaran konsisten bagiku…”
Kecenderungan
aku memilih barang berdasarkan warna favorit hanyalah salah satu contoh saja.
Apakah aku punya kecenderungan lain sebagai wujud sebuah konsistensi? Banyak! Aku
cenderung memulai mengerjakan tugas-tugas aku jauh-jauh hari, bukan karena aku
rajin atau sok pintar, tapi karena aku menyadari kinerjaku yang lamban dan terlalu
detail. Aku mengoleksi berbagai Bros dengan bentuk hewan, dan aku konsisten
pada kesenanganku itu. Aku konsisten membuat catatan-catatan kuliah dengan
spidol warna-warni, karena dengan begitu otakku akan tercurah sepenuhnya pada
apa yang aku catat. Aku konsisten menata baju di lemari berdasarkan jenis dan
bahannya, celana jins di deretan jins, piama dengan piama, rok dengan rok, kaos
dengan kaos, dan begitu seterusnya. Oh..right, dan ini adalah bentuk
konsistensi yang kuanggap paling wow..
Yaitu ketika aku mencintai seseorang!
Ketika aku sudah mantap mengatakan, yeah…I think I love this Guy..! maka bisa
dipastikan akan sulit menjawab pertanyaan,” Sampai kapan kamu akan merasakan
ini?”, karena aku sendiri pasti tidak terpikir bahwa ini bisa berubah. Naif
memang, sekaligus takabur, karena tetap pemegang kendali hati kita adalah Dia
Sang Pemilik Kehidupan kan? Aku sepenuhnya menyadari bahwa hati mungkin bisa
dibolak-balikkan, tapi selalu ada kasus yang berbeda bukan. Well let see, di luar sana ada ribuan
orang yang bisa berpaling dalam hitungan detik pada orang lain, dan di hari
lainnya dia akan menyukai orang yang berbeda lagi. Hari ini dia akan
tergila-gila setengah mati pada si A, dan seminggu kemudian lupa, berpaling
lagi pada si B, si C, dan begitu seterusnya.
I
think that was invalid in me, once
I say love…itu akan berlangsung seterusnya, no matter what! Kecuali mungkin aku menghadapi kenyataan bahwa pria
itu adalah tikus kecil pengkhianat yang hobi berbohong, maen perempuan,
pemabuk, penjudi, dan tukang pukul, oke…..mungkin ada kemungkinan untuk
meninjau ulang dan memutuskan lebih baik tidak usah konsisten saja. Jadi kenapa
dong aku tadi bilang “ no matter what!”
. Well…, itu maksudnya adalah bentuk toleransi terhadap penampilan, pekerjaan,
pendidikan, keluarganya, dan yaah…berbagai kekurangan yang masih dalam tahap
manusiawi lah!
Sampai disini, jangan bayangkan aku
adalah sosok wanita yang idealis yang selalu konsisten dalam segala hal, jadi
pakah aku pernah tidak konsisten? Tentu! Contoh: aku tidak konsisten dalam
menabung, menggebu-gebu di awal, lalu mandeg
di tengah jalan. Aku tidak konsisten menulis tangan dengan rapi, indah di awal,
amburadul bak cakar ayam di akhir. Aku tidak konsisten dalam mengerjakan
pekerjaan rumah yang harusnya rutin di kerjakan seperti mencuci baju, setrika,
dll. Aaaah..kalau disebutkan semua mungkin akan lebih banyak
ketidak-konsistenan yang aku jalankan daripada konsistennya. Itulah mengapa di
awal tadi aku mengatakan, bahwa aku merindukan sosok diriku yang dulu, yang
setidaknya lebih konsisten menulis daripada sekarang….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar